Selasa, 30 Oktober 2012

Layaknya Seorang Pecundang






Terdiam aku saat kau menyapaku
Aku gugup dan tak sanggup membalas sapaanmu
Mataku berkaca-kaca merona
Namun ku tak bisa berkata apa


Lalu ku melangkah pergi
Meninggalkanmu sendiri
Mungkin terbesit seribu tanya dalam benakmu
Mungkinkah aku sombong,angkuh, dan menyebalkan
Tidak!!! ingin ku bisikan kata itu di telingamu
Sungguh aku tak seperti yang kau fikirkan


Hanya saja aku tak sanggup berucap sepatahpun
Kala engkau ada di dekatku
Lidahku kaku lidahku kelu
Senyumpun kadang aku tak mampu
Entah apa yang terjadi padaku
Aku bimbang aku gelisah
Hatiku tak menentu dan serba salah


Pagi itu kau menyapaku lagi
Aku terkejut
Kau memanggil namaku
Curang!!!,aku saja belum tau namamu
Ku hanya mengoceh di dalam hati
Bagaimana dengan mudahnya kau tau namaku
Sedang aku tak pernah tau tentangmu
Yah,entahlah aku tetap terdiam
Hanya bisa ku balas sapaanmu
dengan senyuman kecil yang sedikit aku paksakan


Aku melenggang pergi lagi
Walau sebenarnya inginku berbincang panjang denganmu
Namun apa daya aku tak sanggup
Ya Tuhan ada apa denganku


Keesokan harinya,aku lewat di depanmu
Kali ini kau membisu,diam tanpa memandangku
Aku sedih,aku sakit,aku kecewa
Seolah aku ingin mengenalmu lebih jauh
Namun apa daya aku tetap tak sanggup
Akan ku tekankan sekali lagi
Bahwa aku tak sanggup
Aku hanya bisa diam
Yah,mungkin aku seperti seorang pecundang
Entahlah...
Oh Tuhan bantu aku....

Kamis, 25 Oktober 2012

Hayalan Tak Berarti





Semakin ku memandang sinar terang di matamu

Semakin kumengerti semua kebenaran itu

Kau begitu indah, hingga aku tak sanggup memilikimu

Kau begitu tinggi, hingga ku tak bisa meraihmu

Di mataku kau sungguh sempurna

Hingga aku sadar, betapa mustahilnya jika aku bersamamu

Aku sadar dan mengerti siapa aku dan perasaan ini

Sungguh bodoh jika aku berharap padamu

Kau memang baik,sungguh teramat baik

Dan karena kebaikanmu itu

Aku larut dalam hayalan yang tinggi

Sungguh teramat tinggi

Lalu aku tersadar dan mulai terjatuh dari hayalanku

Sakit dan perih rasanya, perasaanku luluh lantah

Terpecah belah di dasar hati yang paling dalam

Aku kecewa, aku terluka, dan aku malu pada diriku sendiri

BODOH !!!, sering ku teriakan kalimat itu untuk diriku sendiri

Betapa bodohnya aku,

Membiarkan perasaanku bercampur baur dg hayalan yg tiada arti

Ku ingin hapus rasa ini, ku ingin terlepas dari jerat ini

Oh Tuhan, bantu aku menghapus bayangnya dari otakku

dari fikiranku, dan dari relung hatiku yang paling dalam

Ya Tuhan, aku mohon dengan teramat sangat...

Kabulkanlah doa dari hamba kecil-Mu ini

Aamiin....

Senin, 01 Oktober 2012

Ayah

Ayah...
Kuingat dulu masa kecilku
Kau gendong aku saatku menangis
Kau belikan apa yg ku mau
Agar aku kembali tersenyum

Ayah..
Dulu badanmu begitu gagah
Tenagamu begitu kuat
Semangatmu begitu tinggi
Bahkan kata ibu
Kau adalah lelaki tertampan dan terhebat
Yang pernah ibu temui

Ayah..
Dulu kau adalah sosok panutan bagi kami
Kau sungguh kepala keluarga yg baik dan slalu mengayomi
Kau juga amat bertanggung jawab dan slalu menafkahi kami
Sungguh kami kagum kepadamu ayah
 
Ayah..
Setelah kepergian ibu
Ayah begitu lemah
Ayah hampir putus asa
Yah cukup lama ayah berduka
Ku yakin sebenarnya ayah tau
Aku pun juga terluka kala itu
Walaupun saat itu aku masih kecil
Tapi aku mengerti arti kepergian ibu
Ibu bukan pergi sebentar
Ibu bukan untuk pergi  kepasar
Lalu pulang membawakanku makanan
Tapi ibu pergi karena dipanggil Sang Pencipta
Yah dipanggil Sang Pencipta dan tak akan kembali lagi

Ayah..
Ku tau ayah sangat mencintai ibu
Ayah juga ga mau kehilangan ibu
Dan aku pun juga tau
Sebenarnya ibu berat meninggalkan kita
Ibu ga mau melihat kita terluka
Ibu juga ga mau melihat kita bersedih
Tapi ayah ini semua sudah suratan takdir
Jodoh,rizki,mati sudah ada yang mengatur
Janganlah larut dalam kesedihan ini ayah

Bangkit ayah...ayo bangkit!!!!!
Di sini masih ada aku dan adik
Yang hanya bisa bergantung padamu
Kami rindu semangatmu yang dulu ayah
Kami sungguh rindu
Dan kami berharap ayah kembali seperti dulu

Ayah..
Kini rambutmu mulai memutih
Badanmu sudah tak segagah dulu
Tenagamu yang kuat itu juga sudah berkurang
Namun 1 yang ku bangga darimu ayah
Walaupun sudah 10 tahun sejak kepergian ibu
Ayah tetap setia pada ibu
Ayah lebih memilih menduda
Daripada menikah yang kedua kali
Yang kulihat dari dulu
Ayah begitu rajin membersihkan makam ibu
Ayah merawatnya dengan teliti
Kini aku sadar betapa besar cinta ayah
Betapa setiannya ayah menjaga hati untuk ibu
Sungguh abadinya cinta ayah dan ibu
Dan kini aku slalu berdoa
Semoga nanti kita bisa berjumpa lagi
Di Surga Allah yang kekal abadi